Thursday, April 16, 2009

Menjadi Pribadi yang Sabar

Dari Abu Musa al-Asy'ari ra. bahwa Nabi SAW bersabda: "Bersuci adalah sebagian dari iman, hamdalah memenuhi mizan, tasbih dan hamdalah memenuhi langit dan bumi, shalat adalah nur, sedekah adalah burhan, sabar merupakan dyiya', dan al-Qur'an menjadi hujjah bagimu atau atasmu. Maka setiap manusia pergi menjual dirinya, lalu ia memerdekakannya atau membinasakannya." (HR: Muslim dan yang lainnya dari Abu Malik al-Asy'ari)

Pada kesempatan ini marilah kita kaji tentang makna sabar. Dalam hadits diatas disebutkan bahwa sabar merupakan dyiya'. Apakah yang dimaksud dengan dyiya'? Ia adalah sinar yang berasal dari sumbernya, membawa rasa panas yang membakar, seperti sinar matahari. Berbeda dengan cahaya bulan, ia adalah cahaya yang dikirim oleh sinar matahari, sehingga tidak menyebabkan rasa panas dan pembakaran. Firman Allah SWT, yang artinya:

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya ....... (QS. 10:5)

Jadi kalimat sabar merupakan dyiya' dapat diartikan bahwa sabar adalah sumber cahaya yang dapat memberikan energi kekuatan dalam beramal dan beribadah serta ketahanan dalam menghadapi musibah. Sabar adalah memilih nilai-nilai agama dan mengesampingkan hawa nafsu. "Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian."(Al-Baqaah: 153). Berlaku sabar adalah sesuatu perbuatan yang berat, sampai-sampai Allah SWT memuji hamba-Nya yang mampu berlaku sabar dan melipat-gandakan baginya balasan yang tanpa batas. Firman Allah SWT, yang artinya:

"Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (An-Nahl : 96)

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (Az-Zumar : 10)

Para ulama menjelaskan bahwa sabar terbagi dalam tiga wilayah, yaitu sabar dalam berbuat taat, sabar dalam meninggalkan larangan dan sabar dalam menghadapi musibah atau ketentuan yang telah ditakdirkan Allah SWT. Dan termasuk sabar yang terbaik adalah berpuasa sebagaimana yang kita lakukan saat ini dibulan Ramadhan. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Huzaimah ditegaskan. "Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan ganjaran kesabaran adalah surga." Ketika Ramadhan tiba proses menuju pendewasaan ruhani mulai bergulir; di saat tidur lelap kita bangun untuk sahur. Masih terasa kantuk segera mengambil air wudlu untuk melaksanakan salat subuh. Mata sayu karena kurang tidur, tubuh letih, tetapi dengan kesabarannya dijalani dengan penuh semangat. Kebiasaan ibadah meningkat, seperti semangat berdzikir, shalat berjamaah, melaksanakan aktivitas-aktivitas infaq, shadaqah begitu kondusif. Menahan lapar, haus, seksual, mulai fajar hingga terbenam matahari dengan tulus dilaluinya. Membaca Alquran sampai khatam (tamat) ditempuh dengan semangat membara. Hal yang wajar jika amaliah di bulan suci Ramadhan begitu spektakuler dilaksanakan kaum muslimin. Inilah pendidikan sabar dalam ketaatan menjalankan ibadah dibulan Ramadhan.

Sabar yang kedua adalah sabar dalam menjauhi larangan Allah SWT. Orang yang berpuasa harus menjaga lisan dan anggota badan lainnya dari segala yang diharamkan oleh Allah, namun bukan berarti ketika tidak sedang berpuasa boleh melakukan hal-hal yang diharamkan tersebut. Maksudnya adalah bahwa perbuatan maksiat itu lebih berat ancamannya bila dilakukan pada bulan yang mulia ini. Bisa jadi seseorang yang berpuasa itu tidak mendapatkan faidah apa-apa dari puasanya kecuali hanya merasakan haus dan lapar. Na'udzubillahi min dzalik.

Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak peduli dia meninggalkan makan dan minumnya. (ShahihHR. Al-Bukhari no. 1804)

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda, Puasa adalah tameng, maka apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah dia berkata kotor dan janganlah bertengkar dengan mengangkat suara. Jika dia dicela dan disakiti maka katakanlah saya sedang berpuasa. (Shahih, HR. Muslim)

Dari hadits tersebut bisa diambil pelajaran tentang wajibnya menjaga lisan. Apabila seseorang bisa menahan diri dari membalas kejelekan maka tentunya dia akan terjauh dari memulai menghina dan melakukan kejelekan yang lainnya.

Sabar yang ketiga adalah sabar atas musibah dan ketentuan taqdir dari Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan sungguh akan Kami Berikan Cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita yang gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah (2):155-157)

Ayat diatas menjelas sifat sabar orang yang beriman. Yaitu orang yang ketika dihantam musibah dengan penuh keyakinan dia mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raaji 'uun. Kami adalah milik Allah segala urusan kembali kepada Allah. Logika sederhana, ketika tukang parkir diambil mobil oleh pemiliknya dia tidak kecewa, mengapa? Karena dia merasa tidak memiliki, hanya merasa dititipi, semuanya hanyalah titipan Allah kita tidak punya apapun. Kita hanya sekedar makhluk ciptaan Allah yang hidup sebentar dan tidak lama kita akan mati.

Demikianlah hikmah dari ibadah shaum dibulan ramadhan yang mulia ini. Orang yang berpuasa sesungguhnya sedang mengumpulkan seluruh jenis kesabaran di dalam amalannya. Yaitu sabar dalam taat kepada Allah, dalam menjauhi larangan, dan di dalam menghadapi ketentuan taqdir-Nya.

Sabar, sabar bukan pasrah menyerah, sabar bukan lemah, sabar bukan pasif, sabar adalah keterampilan seseorang merespon perintah Allah atau merespon kejadian musibah apapun dengan sikap terbaik yang di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahu a' lam bishawab.

Firman Allah, ''Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga serta bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.'' (QS 3: 200)

Sumber :
http://keadilan-jepang.org/arsip.php?page=tausyiah&id=283, 13 Okt 3005
16 April 2009

No comments:

Post a Comment