Thursday, April 16, 2009
Sabar dan Syukur: Cara Terbaik Mensikapi Taqdir
Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan
Beruntunglah menjadi seorang muslim karena Allah SWT secara lengkap dan sempurna telah menyediakan panduan hidup terbaik dan contoh manusia terbaik yang dapat dijadikan model terbaik dalam menjalani kehidupan sementara di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Termasuk tentunya di sini bagaimana mensikapi dengan benar persoalan-persoalan hidup yang pasti akan kita temui, karena dengan persoalan-persoalan itulah sesungguhnya Allah SWT menguji sejauhmana meningkatkan kualitas ketaqwaan seseorang di sisi Allah SWT.
Taqdir baik dan buruk merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT kepada setiap hambaNya. Sebagai contoh, kematian itu pasti akan datang menemui kita meskipun sangat mungkin kita merasa belum siap menghadapinya. Begitu juga bagaimana bentuk kehidupan kita setelah kematian—apakah mendapatkan kehidupan yang dicintai, diberkahi, dan diridhai Allah SWT atau sebaliknya—juga merupakan sebuah kepastian yang akan kita terima sebagai konsekuensi logis dari pilihan hidup yang dijalani selama diberi nafas kehidupan oleh Allah SWT. Menjalani kehidupan di dunia yang sangat-sangat singkat ini dibandingkan dengan kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti dengan menjadi seorang muslim yang meniatkan seluruh kegiatan yang dipilihnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang telah menganugerahinya begitu banyak nikmat sehingga dipastikan tidak akan mampu menghitungnya. Menjadi seorang muslim yang menjadikan kecintaan, keridhaan, dan perjumpaan denganNya sebagai tujuan hidupnya, menjadikan dunia sebagai batu loncatan untuk menggapai kesuksesan sejati di kehidupan akhirat yang sejati.
Demikian juga dengan kegembiran dan kesedihan, kesuksesan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, sehat dan sakit, ketenangan dan kecemasan, siang dan malam, kehidupan dan kematian, merupakan sebagian kecil contoh yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyatakan dengan tegas bahwa hidup ini sesungguhnya penuh dengan kepastian, bukan kemungkinan-kemungkinan. Bahwa kebaikan yang kita usahakan, sekecil apapun menurut penilaian kita pasti akan dibalas dengan kebaikan yang lebih banya. Bahkan, ketika kita baru berniat akan melakukan kebaikan dan kita tidak jadi melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Apalagi ketika kita berniat melakukan kebaikan dan kemudian kita jadi melakukannya, maka Allah SWT mencatat di sisiNya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat bahkan sebanyak yang dikehendakiNya.
Tidaklah berlebihan bahwa menjadi seorang muslim pastilah menjadi orang paling berbahagia di muka bumi ini, karena apapun ketetapan Allah kepada hambaNya, kata Rasulullah SAW, semuanya pasti baik adanya. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan r.a, Rasulullah SAW bersabda”Sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab keadaan bagaimanpun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi orang mukmin saja. Jika mendapat nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya; dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya.”
Ibnu Qayyim Al Jauziyah r.a dalam bukunya Kemulian Syukur dan Keagungan Sabar mengingatkan kita untuk memahami konsep sabar secara menyeluruh. Sabar itu bukan hanya mampu menahan dirinya dari dorongan nafsu kemarahan (Hilm), tapi juga mampu menahan nafsu birahinya sehingga kemaluannya terjaga dari berbagai perbuatan terkutuk (‘Iffah), mampu menahan diri untuk tidak makan secara berlebihan atau secara terburu-buru (syara nafs/syaba’ nafs), dan mampu menahan diri untuk tidak senantiasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu (Waqar/Tsabat). Jangan mengaku sabar ketika kita masih suka membeberkan rahasia, suka mencari kambing hitam karena sabar itu adalah kitman sirr (mampu menahan diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan), muru’ah (mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain), dan syaja’ah (mampu menahan diri untuk tidak lari dan kabur dari masalah yang dihadapi). Orang sabar itu, lanjut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, zuhud/Qana’ah (mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya; mengambil hanya sebagian kecil dari dunia untuk mencukupi kebutuhan, dermawan (mampu menahan diri untuk tidak pelit kepada orang lain), pemaaf/pemurah (mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, dan cerdik (mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan ogah-ogahan dalam waktu yang seharusnya bergerak).
Maka, apapun yang ditetapkan Allah SWT kepada kita itu pasti baik adanya. Allah SWT tidak pernah memberi soal di luar kesanggupan kita untuk menyelesaikannya dan setiap soal itu pasti ada jawabannya. Jangan pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan yang mengikutinya. Masihkah ada lagi alasan yang membuat kita terus menerus bersedih dan takut terhadap kehidupan dunia yang singkat, penuh permainan dan senda gurau ini?
Sumber :
http://kurniawan.staff.uii.ac.id/2008/09/06/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-mensikapi-taqdir/
6 September 2008
Sumber Gambar:
http://darulislam.info/modules/gallery/albums/Domain-of-Islam-Wallpaper/Madyan.jpg
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
tulisan yg bagus
ReplyDeletemm.unand.ac.id
kampus unand